Dendam adalah
suatu rasa dimana kita tidak mampu berfikir rasional terhadap apa yang telah
orang lain lakukan kepada kita (M. Nasheh. Ulwan), Dan tentunya itu sering
menjadi dasar untuk melakukan sebuah tindakan yg buruk (tanda kutip). Dan kita
mendapatkan kepuasan saat melakukan tindakan buruk itu,.
Bukankah begitu kita mendefinisikan sebuah dendam?
Bukankah begitu kita mendefinisikan sebuah dendam?
Secara garis
besar, ada tiga komponen yang menghidupi dendam, yaitu: perbuatan orang lain
kepada kita, rasa sakit hati, dan pembalasan. Mari kita tahas, satu demi satu.
Pertama, perbuatan orang lain kepada kita. Dalam banyak situasi, kita tidak
bisa mengendalikan perbuatan orang lain. Kita sama sekali tidak memiliki hak
untuk menyuruh atau melarang orang lain untuk melakukan atau menghindari sebuah
perbuatan. Paling banter, anda hanya bisa menghimbau. Misalnya dengan
mengatakan; “Maaf Mas, kalau mau merokok jangan diruangan ber-AC seperti ini
dong….” Apakah orang itu akan berhenti, atau pindah ketempat terbuka, atau
memasabodohkan perkataan anda; itu diluar kuasa anda.
Bahkan, sekalipun
anda seorang atasan; anda hanya bisa mengatakan; “Optimalkan jam kerjamu.” Atau
“Lakukan kegiatan ekstra untuk perusahaan.” Atau “Jangan terlambat masuk
kerja.” Anda bisa melakukannya sebatas itu. Sekalipun anda melakukan semuanya
itu atas kewenangan anda dan demi kebaikan organisasi dan diri mereka sendiri,
tetapi dimata mereka anda tidak lebih dari seorang atasan yang bawel. Anda tak
perlu heran. Sebab, anda sama sekali tidak bisa mengontrol tindakan atau
perbuatan orang lain. Dengan kata lain; anda sama sekali tidak memiliki kuasa untuk
mempengaruhi ‘will’ seseorang. Mengapa? Karena, ‘kehendak’ adalah hak setiap
manusia. Dan seperti yang kita tahu; ada orang yang mampu mengarahkan
kehendaknya kepada hal-hal postif dan produktif, dan ada pula yang sebaliknya.
Kedua, rasa sakit
hati. Mungkin anda bisa mengatakan ‘sakit sekali hati ini’. Namun, bisakah anda
menemukan dimanakah letaknya rasa sakit hati itu? Dibawa kerumahsakit pun tidak
akan membantu anda menemukan letak rasa sakit itu. Mengapa? Karena sakit hati
adanya diawang-awang. Yang bisa menjangkaunya hanyalah perasaan. Liver kita
sehat walafiat. Tetapi, mengapa kita merasakan sakit begitu rupa? Karena kita
membiarkan perasaan merengkuh rasa sakit itu. Dan membawanya masuk kedalam hati
kita. Seandainya kita tidak mengijinkan perasaan menggapainya, maka kita tidak
akan merasakannya.
Oleh karena itu,
sakit hati sama sekali tidak berhubungan dengan tindakan orang lain; melainkan
dengan diri kita sendiri. Jika kita tidak menginginkan rasa sakit hati itu,
maka tindakan apapun yang dilakukan oleh orang lain tidak akan berhasil
menjadikan kita sakit hati. Ada orang yang menghina anda sebegitu rupa; namun,
anda tidak mengijinkan perasaan membawa sakit hati. Maka anda akan tenang-
tenang saja. Ada orang yang menggosipkan tentang kekurangan- kekurangan anda.
Dan tentu saja, gosip baru enak kalau ditambah dengan bumbu-bumbu, bukan?
Sehingga, dilingkungan anda terbentuk opini yang sedemikian buruknya tentang
anda. Anda sakit hati? Tidak, jika anda tidak mengijinkan sang perasaan
melakukannya. Sekalipun tidak semua yang mereka katakan tentang anda itu benar.
Artinya, ada bumbu tambahan yang dilebih-lebihkan. Jika anda benar-benar tidak
seperti yang mereka katakan; maka itu tidak akan terlalu berpengaruh kepada
baik atau buruknya diri anda. So what?
Ketiga,
pembalasan. Anda boleh melakukan pembalasan dengan 3 syarat; kalau anda lebih
kuat, kalau ingin membuat dendam baru, dan kalau anda kurang kerjaan. Kalau
mereka lebih kuat dari anda, dan anda ngotot untuk melakukan pembalasan itu
berarti anda bunuh diri. Jadi, melakukan pembalasan kepada pihak yang lebih
kuat itu sama sekali bukanlah tindakan yang cerdas. Jika anda benar-benar
cerdas, lebih baik lupakan saja itu yang namanya balas dendam. Buang jauh-jauh
sifat dendam, dan anda akan hidup dengan tentram.
Mungkin anda bisa
membalas dendam. Sehingga ketika dendam itu terbalaskan, hati anda sembuh dari
sakit. Hey, harap diingat; pembalasan anda bisa menumbuhkan dendam lain dihati
mereka. Kemudian mereka membalas lagi kepada anda, lalu anda kembali membalasnya.
Maka jadilah dendam itu berputar-putar sampai tidak tahu kapan saatnya untuk
berhenti. Sehingga, anak keturunan kita harus ikut menanggung dendam yang sama;
meskipun mereka tidak tahu menahu apa penyebabnya. Maukah anda mengorbankan
anak cucu untuk sebuah dendam yang anda buat dengan orang lain? Tidak. Baguslah
itu. Jadi, mari kita lupakan dendam kesumat itu. Cukup sampai disitu saja.
Lagipula, anda
bukanlah orang yang kekurangan pekerjaan. Ada seribu satu hal penting yang
membutuhkan curahan perhatian kita. Dengan melakukan semuanya itu, hidup kita
menjadi lebih berarti. Jika kita membuang-buang waktu, tenaga, dan perhatian
hanya untuk mengurusi dendam; maka semua hal positif yang menanti kita untuk
bertindak akan terbengkalai begitu rupa. Sehingga, hidup kita menjadi kurang
bermakna. Jadi, bisakah kita mengatakan kepada diri kita sendiri bahwa; ‘kita
tidak memiliki waktu untuk membalas dendam’. Oleh karena itu, setiap perbuatan
buruk orang lain kepada kita, tidak perlu dibalas dengan perbuatan buruk yang
sama. Dengan begitu, selain kita bisa menjadi manusia yang pemaaf; kita akan
terbebas dari sesuatu yang kita sebut sebagai ‘sakit hati’ itu. Kita juga bisa
melakukan banyak hal lain yang lebih berguna dalam hidup ini. Jadi, perlukan
membawa-bawa dendam ini disepanjang hidup kita?
0 komentar:
Posting Komentar